BENTUK MUKHALAFAH
Mukhalafah
al-tsiqah terjadi
karena beberapa sebab:
A. Pada Sanad
a)
mengubah
susunan sanad, hadisnya disebut mudraj al-sanad. Seperti:
أَخْبَرَنَا قَبِيصَةُ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي
إِسْحَقَ عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمنِ السُّلَمِيِّ وَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
حَلَّامٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ رَأَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ امْرَأَةً فَأَعْجَبَتْهُ فَأَتَى سَوْدَةَ وَهِيَ
تَصْنَعُ طِيبًا وَعِنْدَهَا نِسَاءٌ فَأَخْلَيْنَهُ فَقَضَى حَاجَتَهُ ثُمَّ قَالَ
أَيُّمَا رَجُلٍ رَأَى امْرَأَةً تُعْجِبُهُ فَلْيَقُمْ إِلَى أَهْلِهِ فَإِنَّ
مَعَهَا مِثْلَ الَّذِي مَعَهَا – رواه الدارمي –
Pada sanad ini tampak jelas bahwa Abu
Ishaq meriwayatkan hadis tersebut dari dua orang, yaitu Abu Abdurrahman
al-Sulami dan Abdullah bin Hallam. Keduanya menerima dari Ibn Mas’ud. Namun
setelah dilakukan studi perbandingan dengan riwayat lainnya, ternyata sanad
yang sebenarnya sebagai berikut:
[I]
Abu Ishaq, dari Abu Abdurrahman, dari Nabi secara mursal (tanpa melalui Ibn
Mas’ud)
[II]
Abu Ishaq, dari Abdullah bin Hallam, dari Ibn Mas’ud, dari Nabi secara
muttashil (melalui Ibn Mas’ud)
Dengan demikian, memasukan rawi bernama
Abu Abdurrahman al-Sulami pada sanad di atas merupakan idraj fi al-sanad
(tambahan pada sanad). [1]
b)
menambah
jumlah rawi pada sanad muttashil (bersambung). Hadisnya disebut al-mazid
fi muttashil al-asanid. Seperti:
أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ عَنْ جَرِيْرِ بْنِ حَازِمٍ عَنِ
ابْنِ إِسْحَاقَ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيْزِ عَنِ
الرَّبِيْعِ بْنِ سَبْرَةَ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى عَنِ
الْمُتْعَةِ يَوْمَ الْفَتْحِ
Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Jarir bin
Hazim, dari Ibnu Ishaq, dari al-Zuhri, dari Umar bin Abd al-Aziz, dari al-Rabi’
bin Sabrah, dari ayahnya, sesungguhnya Rasulullah saw. melarang nikah muth’ah
pada hari futuh Makkah (tahun 8 H).
Al-Tirmidzi berkata, “Saya bertanya
kepada Muhamad bin Ismail al-Bukhari tentang hadis ini. Beliau menjawab, ‘Hadis
ini keliru, yang benar dari al-Zuhri, dari Umar bin Abd al-Aziz, dari al-Rabi’
bin Sabrah, dari ayahnya. Pada sanad itu tidak ada Umar bin Abd al-Aziz.
Kekeliruan itu bersumber dari Jarir bin Hazim” [2]
Adapun kekeliruan itu terjadi karena
al-Zuhri menerima hadis tersebut dari al-Rabi’ di dekat Umar bin Abd al-Aziz.
Lalu Jarir menyangka bahwa hadis itu diterima oleh al-Zuhri, dari Umar dan
seterusnya. Sebagai bukti bahwa penyebutan Umar bin Abd al-Aziz merupakan
sisipan/penambahan pada sanad tersebut, kita bandingkan dengan periwayatan
Muslim melalui beberapa jalan. Kesemuanya tidak melalui Umar bin Abd al-Aziz. [3]
B. Pada Matan
a. terjadi perubahan struktur bahasa, baik
dengan mendahulukan suatu kalimat atau mengakhirkannya. Hadisnya disebut maqlub.
Seperti:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ
إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ
وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ
اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ
مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ
فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ وَرَجُلٌ
ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ – رواه مسلم –
Pada hadis ini tertulis kalimat لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ
شِمَالُهُ.
Padahal kalimat yang sebenarnya adalah لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ, sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dari
jalan lain serta riwayat imam lainnya. [4]
b. Terjadi kontradiksi secara redaksional
dan tidak bisa ditetapkan mana yang lebih rajih (kuat). Hadisnya disebut
mudhtharrib. Seperti hadis Anas tentang membaca basmalah ketika salat.
عَنْ أَنَسٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ
فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَأُ بِسْم اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari
Anas bin Malik, ia berkata, “Saya shalat dengan Nabi saw., Abu Bakar, Umar
serta Usman, maka saya tidak mendengar seorang pun di antara mereka membaca
bismillahirrahmanirrahim.” [5]
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ حَدَّثَهُ قَالَ صَلَّيْتُ
خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ
فَكَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِ ( الْحَمْد لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ) لَا
يَذْكُرُونَ بِسْم اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فِي أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلَا
فِي آخِرِهَا
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Saya shalat di
belakang Nabi saw., Abu Bakar, Umar serta Usman, maka mereka memulai
(bacaannya) dengan Alhamdu lillahi Rabbil alamin tidak menyebut bismillahir
rahmanir rahim pada awal maupun akhir bacaannya.” [6]
عَنْ أَنَسٍ قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَخَلْفَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
وَعُثْمَانَ رَضِي اللَّه تَعَالَى عَنْهمْ فَلَمْ يَكُونُوا يَسْتَفْتِحُونَ
الْقِرَاءَةَ بِ ( بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ)
Dari Anas bin Malik, ia berkata. “Saya shalat di
belakang Nabi saw., Abu Bakar Umar serta Usman maka mereka tidak pernah memulai
(bacaannya) dengan bismillahir rahmanirrahim.” [7]
عَنْ أَنَسٍ قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَخَلْفَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
وَعُثْمَانَ وَكَانُوا لَا يَجْهَرُونَ بْ بِسْم اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ -
أحمد
Dari Anas bin Malik, ia berkata, ‘Saya shalat di
belakang Nabi saw., Abu Bakar Umar serta Usman, maka mereka tidak menjaharkan
(bacaan) bismillahir rahmanir rahim.” [8]
Dan pada riwayat al-Nasai dengan redaksi
صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِي اللَّه
عَنْهم فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَجْهَرُ بِ بِسْم اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
Dilihat
dari aspek periwayatan, ternyata hadis-hadis di atas semuanya bersumber dari
Qatadah yang diriwayatkannya dari seorang sahabat Rasul bernama Anas bin Malik.
Sedangkan jika dilihat dari aspek redaksional, hadis-hadis di atas menunjukkan
bahwa Anas bin Malik menerangkan keadaan Rasululah
saw., Abu Bakar, Umar, dan Usman bin Afan dengan ungkapan yang berbeda dan
dengan arti yang berbeda pula. Persoalan ini pernah ditanyakan oleh Abu Salamah
kepada Anas bin Malik
سَأَلْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ : أَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَفْتِحُ بِالْحَمْدِ رَبِّ العَالَمِيْنَ اَوْ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ؟ قَالَ : إِنَّكَ سَأَ لْتَنِيْ عَنْ شَيْئٍ مَا اَحْفَظُهُ. وَمَا سَأَلَنِيْ عَنْهُ اَحَدٌ قَبْلَكَ. - رواه الدار قطني -
Saya bertanya kepada Anas bin Malik,
Apakah Rasululah saw. memulai bacaannya dengan
Alhamdu Lillahi Rabbil Alamin
atau dengan bismillahirrahmanirrahim?, Beliau menjawab, “Engkau bertanya
mengenai perkara yang aku tidak mengingatnya, serta belum pernah seorang pun
bertanya mengenai perkara ini sebelum engkau. H.r.Al-Daraquthni
Dengan jawaban ini jelas sekali bahwa
Anas bin Malik tidak yakin dengan keterangan-keterangannya sendiri. Suatu
ketika ia mengatakan tidak mendengar. Pada saat lain ia mengatakan mereka tidak
menyebut, dan pada saat yang lainnya ia mengatakan tidak memulai dengan bismillah
tetapi dengan al- Hamdulillah. Oleh karena itu wajar jika kita
berkesimpulan bahwa Anas bin Malik telah lupa dengan kejadian yang sebenarnya.
Hal ini terlihat dari jawaban beliau ketika ditanya. “Saya tidak ingat, dan saya tidak pernah
ditanya sebelumnya tentang hal itu.” Dengan demikian, walaupun hadis-hadis di
atas itu sahih secara periwayatan tetapi secara makna terdapat idhtirrab.
Sehubungan dengan itu perlu ditemukan keterangan lain guna mendukung
kebenarannya.
[1] Lihat, Ibn Hajar al-Asqalani, al-Nukat ‘Ala Kitab Ibn al-Shalah, Dar al-Rayah, Riyadh , 1988, hal.
833-834
[2] Manhaj al-Naqd fi ‘Ulum
al-Hadits, 1985:364-365
[3] Lihat, Shahih Muslim, I:642-643, kitab al-nikah, bab nikah
al-muth’ah… No. hadis 24-26.
[4] Lihat, Shahih Muslim, kitab
al-zakat; hadis No. 1712; Shahih al-Bukhari, kitab al-zakah,
hadis No. 1423.
[5] Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim, Shahih
Muslim, I:..; Ahmad, Musnad
al-Imam Ahmad, XX:199, No. hadis 12.810; Abu Ya’la, Musnad Abu Ya’la, …No.
hadis 3.005; Ibn Khuzaimah, Shahih Ibn Khuzaimah, I:…No. hadis 494;
al-Daraquthni, Sunan al-Daraquthni, I:315, melalui rawi bernama Muhamad
bin Ja’far, dari Syu’bah, dari Qatadah, dari Anas bin
Malik. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Muslim, Shahih
Muslim, I:..;
Al-Nasai, Sunan al-Nasai, II:135; Abu Ya’la, Musnad Abu Ya’la, …No.
hadis 3.245; Ibn al-Jarud, al-MuntaqaI:…No. hadis 183; Ibn Hiban,
Shahih Ibn Hiban, I:…No. hadis 1.799; al-Daraquthni, Sunan
al-Daraquthni, II:314-315; Al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, II:51,
melalui beberapa orang rawi, dari Syu’bah, dari Qatadah, dari Anas bin Malik.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh al-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir,
….:…No. hadis 739; al-Mu’jam al-Ausath, …:…No. hadis 8.273, melalui
al-Hasan al-Bashri, dari Anas bin Malik.
[6] Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari pada
Juz-u al-Qiraah:…No. hadis 119 & 120; Muslim, Shahih Muslim, I:..; Ahmad, Musnad al-Imam Ahmad,
XXI:50, No. hadis 13.337; Abu
‘Awanah, Musnad Abu ‘Awanah, II:122, No. hadis …; al-Daraquthni,
Sunan al-Daraquthni, I:316; Al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, II:50,
melalui beberapa orang rawi, dari al-Auza’i, dari Qatadah, dari Anas bin Malik.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibn Hiban, Shahih Ibn Hiban, I:…No.
hadis 1.803; melalui Sa’id bin Abu ‘Arubah, dari Qatadah, dari Anas bin Malik.
[7] Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim, Shahih
Muslim, I:..; melalui Muhamad bin
al-Mutsanna; Ahmad, Musnad al-Imam Ahmad, XXI:387, No. hadis 13.957,
melalui Abu Abdullah al-Sulami; Abu
Ya’la, Musnad Abu Ya’la, II:122, No. hadis 3.245, melalui Ahmad bin Ibrahim
al-Dauraqi. Ketiganya menerima dari Abu Daud al-Thayalisi, Syu’bah, dari
Qatadah, dari Anas bin Malik.
[8] Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad, Musnad
al-Imam Ahmad, XX:219, No. hadis 12.845; Ibn Khuzaimah, Shahih Ibn Khuzaimah, II:…,
No. hadis 495; al-Daraquthni, Sunan al-Daraquthni, I:315; Semuanya
melalui Waki’ bin al-Jarrah, dari Syu’bah, dari Qatadah, dari Anas bin Malik.
0 comments:
Post a Comment